Kamis, 19 November 2015

Inilah Hutan Tropis Kebanggaan Kota Jakarta

Jakartakita.com: Tidak banyak yang tahu kalau di ibukota Jakarta yang dipadati oleh bangunan mall, perkantoran dan pemukiman, ternyata masih ada sejumlah hutan kota. Di hutan kota yang difungsikan sebagai lahan terbuka hijau di ibukota ini, Anda bisa merasakan udara segar dan bebas polusi yang mungkin hampir mustahil ditemukan di Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta memang sedang berupaya memenuhi target 30% Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) guna memenuhi UU nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Salah satu caranya dengan perbaikan dan penambahan taman maupun hutan kota yang tengah digalakkan Dinas Pemakaman dan Pertamanan DKI untuk menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Pasalnya, saat ini yang berkembang di Ibukota hanya gedung-gedung percakar langit dibandingkan pepohonan. Padahal menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, seharusnya gedung dan pepohonan dapat tumbuh seimbang. Layaknya di Singapura dan negara lainnya yang mampu mempertahankan ruang terbuka hijau.

Berikut adalah sejumlah hutan kota yang mungkin bisa Anda jadikan tempat tujuan wisata murah meriah di akhir pekan bersama keluarga:

1. Hutan Mangrove Muara Angke

Berada di pesisir utara Jakarta, Hutan Muara Angke menjadi satu-satu hutan terbesar yang masih ada di Jakarta. Area konservasi seluas 99.82 hektar dengan 79 juta bibit sejak tahun 2007 dan bertambah menjadi 100 juta bibit. Pada tahun 2009 ditanam 203 juta bibit pohon bakau.



Tidak hanya penuh dengan pepohonan hijau nan rindang, di hutan yang vegetasi utamanya adalah pohon bakau itu, pengunjung juga dapat menjalankan beberapa kegiatan, seperti konservasi alam, berkemah, menginap di pondokan, mendayung kano, dan meneliti.

Hutan tersebut juga memiliki fasilitas pengamatan burung dan hewan-hewan lain seperti biawak, kepiting, dan ikan. Kami juga menyediakan delapan pondok alam dan rumah kemping sebanyak 30 buah.

2. Taman Tebet Honda

Kalau diliat sejarahnya, sebelum terjadi eksodus besar-besaran warga Betawi dari Senayan, wilayah Tebet sebenarnya memang sudah ada. Tapi Tebet belum menjadi pemukiman yang asyik dan ramai seperti sekarang ini. Mayoritas lokasinya masih berupa rawa, semak belukar, pepohonan yang besar-besar, serta anak-anak sungai yang mengalir di beberapa wilayah itu.

Konon dulunya tanah di sekitar tebet adalah tanah basah, penduduk sekitar tebet yaitu orang-orang melayu menyebut tanah semacam itu dengan Tebat. Dengan dialek setempat akhirnya kata Tebat berubah menjadi Tebet. Kata Tebet sendiri berasal dari kata Tebat. Arti Tebat adalah sebuah tambak di tengah rawa-rawa, dimana air yang ada di tambak itu berasal dari aliran sungai. Tambak ini sebagai tempat menampung air hujan agar tidak menggenangi daerah sekeliling.  Kalo melihat artinya, ketika zaman Belanda Tebet dijadikan salah satu wilayah resapan air karena terdapat banyak rawa dan dilewati oleh aliran anak sungai cabang dari sungai Ciliwung yang memang dekat dari wilayah Tebet. Kebetulan pula Tebet dianggap sebagai dataran rendah.

Baru pada tahun 2010, Hutan Kota Tebet ditata kembali, dan diganti nama menjadi Taman Tebet Honda.Taman Tebet Honda atau yang dulu sering disebut dengan Hutan Kota Tebet, kini memiliki jalur trekking yang panjang. Pengunjung pun bisa berjoging ria di sana.

Hutan kota ini juga dilengkapi dengan jalur lansia. Jadi, para lansia yang datang ke sini bisa menikmati udara segar dari pepohonan, sambil berjalan santai di jalur berbatu, cocok untuk terapi. Para penggila fotografi juga sering menjadikan taman hutan kota ini sebagai lokasi pemotretan.

3. Hutan Srengseng

Hutan kota selanjutnya yang masih ada di Jakarta adalah Hutan Srengseng di Jl Srengseng Raya, Jakarta Barat. Hutan ini begitu asri dan rindang dengan pepohonan hijau yang tumbuh di dalamnya. Masuklah ke dalam, Anda pun bisa menemukan danau buatan yang diisi dengan aneka ikan kecil.

Hutan seluas 15,3 hektar yang dibangun pada tahun 1993 di Jalan Haji Kelik, Srengseng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat,  ini cukup tertata, meskipun belum dikelola dengan baik. Di dalamnya, ada tempat parkir yang cukup luas untuk mobil dan motor. Di samping tempat parkir, ada beberapa kios penjual makanan. Di seberang deretan kios, ada arena bermain anak-anak.

Di tengah hutan ini terdapat danau buatan. Fungsi utama danau ini, selain sebagai resapan air di musim penghujan, juga berfungsi sebagai tempat penampungan air untuk cadangan di musim kemarau.

Pada saat ulang tahun Jakarta, biasanya danau ini diisi banyak bibit ikan untuk menarik warga Jakarta yang ingin memancing sambil menikmati keindahan hutan Srengseng. Di hutan ini juga ada arena panggung terbuka yang  biasa digunakan sebagai panggung hiburan.

4. Hutan Kota Kemayoran

Awalnya hutan ini adalah tempat pembuangan sampah di wilayah PRJ. Lewat Gerakan Indonesia Menanam yang dipelopori Menteri Kehutanan (saat itu) MS Kaban tahun 2006, tempat pembuangan sampah itu ditanami ribuan bibit pohon. Dalam empat tahun, lahan itu bermetamorfosis menjadi hutan kota teduh seluas 6,3 hektar. Sebanyak 1.700 jenis tanaman, seperti angsana, akasia, kiara, pulai, sengon, ketapang, bintangur, meranti, hingga trembesi, tumbuh rapat di sana. Pepohonan itu juga menjadi rumah bagi 87 spesies burung, seperti belibis, pelatuk, tekukur, kutilang, dan trujukan.


Ekosistem basah dan kering yang dimiliki Hutan Kota Kemayoran untuk menjadi paru – paru bagi kawasan sekitarnya memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Struktur vegetasi hutan kota yang yang bersifat multistrata dapat memberikan ruang tumbuh bagi berbagai jenis tumbuhan lain (selain pohon), baik perdu, semak, maupun epifit sehingga akan memiliki keanekaragaman yang tinggi.

Namun sayangnya hutan ini agak sulit untuk diakses warga, karena berada di wilayah Padang Golf yang dikelola oleh PRJ.

5.  Hutan Kota Mabes ABRI Cilangkap

Hutan kota yang terletak di wilayah Jakarta Timur, tepatnya di Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Cilangkap ini awalnya memiliki luas  60 Ha, tapi sekarang hanya sekitar 15 Ha.

Hutan Kota di Mabes ABRI ini fungsinya sebagai kawasan penyangga resapan air, wahana koleksi keragaman jenis plasma nutfah, suaka margasatwa, kawasan rekreasi, juga tempat olahraga bagi ABRI.

6. Hutan Kota Lanud Halim Perdana Kusumah

Kawasan ini pada dasarnya selain untuk meredam suara bising yang ditimbulkan oleh pesawat terbang, juga sebagai tempat koleksi pelestarian plasma nutfah dari berbagai macam jenis pepohonan. Awalnya luas hutan kota 300 Ha, tapi kini tinggal 70 Ha. Sisanya digunakan untuk perluasan kompleks lapangan udara.

Hutan kota ini biasa digunakan untuk arena rekreasi dan olahraga warga sekitar

7. Hutan Kota Manggala Wanabakti


Hutan yang berada di halaman gedung perkantoran Departemen Kehutanan, Senayan. Luasnya sekitar 0,4 Ha. Dibandingkan hutan lain, luasnya memang lebih kecil, tapi cukup membuat gedung perkantoran Dephut sangat asri.

Hutan kota yang satu ini berfungsi sebagai kawasan penyangga lingkungan fisik kritis perkotaan. Khususnya dari pencemaran udara.Selain itu, berfungsi pula sebagai lokasi pelestarian koleksi plasma nutfah yang mencerminkan kekayaan hutan tropis kita.

Selain hutan tersebut di atas masih ada hutan-hutan lainnya di Jakarta, antara lain; Hutan Kota Dukuh seluas 5738 m2 di Kampung Dukuh, Kramatjati; Hutan Kota PT JIEP seluas 89017 di Kelurahan Jatinegara, Cakung; Hutan Kota Dongkal seluas 32.812 m2 di Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas; Hutan Kota Buperta Cibubur seluas 273.200 m2 di Kelurahan Cipayung, Cipayung; dan Hutan Kota Kopasus Cijantung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar